Kamis, 17 Januari 2013

Sebilah Cermin


Surat ini untuk kamu, yang selalu muncul di permukaan cermin yang ku lihat.

Hey! Apa kamu yang biasa disebut bayangan itu? Atau kamu memang aku yang hidup di dunia maya, yang tak peka terhadap kehidupan realita? aku yakin kamu juga merasakan kehidupanku  yang penuh dengan berbagai macam emosi.

Hey, kamu! Aku pernah melihat sepotong bagian dari suatu film. Di sana, sebuah bayangan menceritakan kepribadian yang sangat berbeda  dari manusia yang berdiri di depan cermin. Bayangan itu menjadi sosok manusia yang jahat, terlebih menjadi seekor monster.

Kamu, yang ada di balik benda ajaib ini. Kamu bukan monster yang berwujud fisikku kan? Kamu orang baik-baik kan? Jangan pernah membuat aku merasa sangat jahat ya. Aku tidak mau menjadi orang yang bertanggung jawab atas semua doktrinmu untuk melakukan kejahatan.

Kalau kamu itu memang aku yang hidup di alam maya, aku ingin kamu memperhatikan setiap raut wajahku. Saat kamu melihat wajahku yang nampak lesu, itu berarti aku sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan di dunia nyata. Mungkin sudah waktunya kamu menghiburku, paling tidak kamu mengeluarkan sebagian tanganmu ke dunia nyata untuk bisa menepuk pundakku dan memberikan sedikit semangat.

Kalau kamu melihat wajahku berseri–seri, aku sedang senang. Mungkin aku sedang jatuh cinta. Ingin aku memperkenalkan semua orang yang membuatku jatuh cinta itu kepadamu. Aku ingin kamu mengenalnya dan memberikan semua masukan, apakah dia memang wanita yang pantas untukku.

Dan bila aku terlihat pucat, aku sedang menderita ketakutan yang teramat sangat. Aku butuh separuh badanmu untuk ku peluk, membagi rasa takut agar tidak terlalu depresi aku memikirkannya. jaga emosiku untuk selalu stabil dan tidak meletup hingga memecahkan benda yang menjadi alat komunikasi kita ini. Semuanya ingin kuceritakan kepadamu, seandainya saja kamu bisa mendengarkan setiap kata yang ku ucapkan.

Terakhir untukmu yang ada di dunia maya, bila kamu bisa membaca dan merasakan perasaanku saat ini, setidaknya kamu bisa tunjukan raut wajahmu yang menyenangkan. aku sedang butuh hiburan.

Salam manis dari dunia nyata.

Denpasar, 17 January 2013
Adidod

Minggu, 13 Januari 2013

Satu Surat Untuk Rumahku


Lembar kusut ini ku kirimkan untuk kamu yang berperan sebagai kepala keluarga di rumah itu, iya. Ini surat untukmu, Kak.

Apa kabar rumah kita yang dulu menjadi tempat menukar tawa, game zone paling seru, catwalk paling lucu, dan tempat berteduh dikala hujan turun begitu deras itu? Apakah semuanya masih terpelihara dengan baik? Apa lemari di kamar mama masih penuh dengan baju peninggalan papa? Lain waktu kita coba memakainya lagi yuk, hanya sekedar berjalan melewati kaca cermin yang tergantung di balik pintu kamarku.
Di sini aku merasakan sisa-sisa kebahagiaan saat masih di rumah itu. Sisa dinginnya tidur siang di depan kulkas yang terbuka, hangatnya jagung rebus buatan mama saat hari menjelang sore, dan serunya ngepel lantai basah karena atap yang bocor selepas hujan turun semalaman.  Kenangan itu masih segar di ingatanku walaupun aku tahu keadaan rumah itu sudah tak seindah dulu.

Kak..

Sejak papa sudah pulang ke tempat yang paling abadi, rumah kita terlihat tidak terurus. Mama jadi lebih sibuk mencari nafkah, menjaga agar asap dapur tetap mengepul. Sehingga sepulang dari kesibukannya, mama langsung menuju ke tempat tidur hanya untuk sekedar sejenak melepas lelah. Taman bunga di halaman depan yang dulu beralaskan rumput dan dihiasi pohon jambu bertutup rangkaian bunga anggrek milik mama  sudah terlihat kusut berantakan. Pipa PDAM yang berhiaskan batu kali hitam legam, kini lembab hingga tertutup lumut berwarna hijau kehitam-hitaman. Cat penutup rak sepatu yang cemerlang itu juga sudah hilang dan terlihat usang. Kamu bisa kan menjaga satu-satunya property berharga kita?

Eh, aku dapet kabar kalau istrimu baru saja melahirkan. Waah, selamat ya.. itu bisa jadi hiburan paling menyenangkan untuk mama. Menggendong cucu di sore hari, berusaha membuat cucunya tersenyum tertawa bahagia. Kalau aku bisa lihat mama menggendong cucu sekarang, pasti mencerminkan kala itu aku masih di pelukannya. Nang ning nang ningnang ning nung ~

Bukannya aku mau menggurui kamu, tapi tanggung jawabmu sekarang sudah semakin besar. Menjaga kesejahteraan keluarga kita dan keluarga kecilmu, kamu tidak perlu memikirkan aku, aku sudah memiliki jalanku sendiri, aku cuma titip mama aja, tolong diperlakukan sebagaimana mestinya orang tua. Nanti seandainya ada kesempatanku pulang kembali ke rumah lagi, aku juga mau merawat dan memerlakukan mama bak ratu di istana kerajaan.

Home sweet home.
Rumahku istanaku, akan ku ingat semua kenangan itu.
                                                                                                                         Denpasar, 14 Januari 2013